Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia : umur, Pendidikan, dan Pekerjaan Jadi Faktor Penentu

KILAUNEWS.COM – OJK ( Otoritas Jasa Keuangan), Metode Keberlanjutan menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia sebesar 66,46 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 80,51 persen.
Sementara metode Cakupan DNKI menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 66,64 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 92,74 persen.
Selanjutnya, baik melalui metode
Kebelanjutan maupun Cakupan DNKI, literasi keuangan syariah mencapai
43,42 persen dan inklusi keuangan syariah sebesar 13,41 persen.
Pendataan rumah tangga sampel SNLIK Tahun 2025 dilakukan mulai 22 Januari
hingga 11 Februari 2025 di 34 provinsi yang mencakup 120 kota/kabupaten
termasuk 8 wilayah kantor OJK (1.080 blok sensus). Jumlah responden SNLIK
Tahun 2025 sebanyak 10.800 orang yang berumur antara 15 s.d. 79 tahun.
Metode sampling yang digunakan adalah stratified multistage cluster sampling :
• Pemilihan kabupaten/kota menggunakan PPS (Probability Proportional to Size)–Systematic Sampling dengan size jumlah keluarga, dimana kabupaten/kota wilayah kantor OJK secara otomatis terpilih sebagai sampel. • Pemilihan sejumlah blok sensus pada setiap kabupaten/kota terpilih menggunakan PPS–Systematic Sampling dengan size jumlah keluarga dengan memperhatikan keterwakilan daerah perkotaan/perdesaan. • Pemilihan sepuluh rumah tangga eligible pada setiap blok sensus dari hasil pemutakhiran menggunakan Systematic Sampling dengan implicite stratification berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. • Pemilihan satu eligible responden umur 15-79 tahun pada rumah tangga sampel menggunakan Random Sampling dengan implicite stratification berdasarkan umur anggota rumah tangga eligible menggunakan Kish Table.
SNLIK Tahun 2025 menggunakan parameter literasi keuangan yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) terhadap produk dan layanan keuangan.
Metode Keberlanjutan
• Berdasarkan klasifikasi desa, indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah
perkotaan masing-masing sebesar 70,89 persen dan 83,61 persen, lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan yakni masing-masing sebesar
59,60 persen dan 75,70 persen.
• Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Indeks literasi keuangan laki-laki dan perempuana dalah masing-masing sebesar 67,32 persen dan 65,58 persen. Sedangkan, indeks inklusi keuangan laki-laki dikatakan sebanding dengan perempuan,yakni masing-masing 80,73 persen dan 80,28 persen.
• Berdasarkan umur, kelompok 26-35 tahun, 18-25 tahun dan 36-50 tahun
memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 74,04 persen, 73,22 persen dan 72,05 persen.
Sebaliknya, kelompok umur
15-17 tahun dan 51-79 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah,
yakni masing-masing sebesar 51,68 persen dan 54,55 persen.
Selanjutnya, kelompok umur 18-25 tahun, 26-35 tahun dan 36-50 tahun memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 89,96 persen, 86,10 persen dan 85,81 persen.
Sebaliknya, kelompok umur 51-79 tahun dan 15-17 tahun memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing – masing sebesar 66,88 persen dan 74,00 persen.
• Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kelompok pendidikan
tamat perguruan tinggi, tamat SMA/sederajat dan tamat SMP/sederajat
memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar
90,63 persen, 79,18 persen dan 64,04 persen.
Sebaliknya, kelompok pendidikan tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat
SD/sederajat dan tamat SD/sederajat memiliki indeks literasi keuangan
terendah, yakni masing-masing sebesar 43,20 persen dan 54,50 persen.
Selanjutnya, kelompok dengan pendidikan tamat perguruan tinggi, tamat
SMA/sederajat dan tamat SMP/sederajat memiliki indeks inklusi keuangan
tertinggi, yakni masing-masing sebesar 99,10 persen, 92,81 persen dan
82,00 persen.
Selain itu, kelompok dengan tingkat pendidikan tidak/belum pernah
sekolah/tidak tamat SD/sederajat dan tamat SD/sederajat memiliki indeks
inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 56,95 persen dan 68,06 persen. Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi indeks literasi dan inklusi
keuangan.
• Berdasarkan pekerjaan/kegiatan sehari-hari, kelompok pegawai/profesional,
pensiunan/purnawirawan dan pengusaha/wiraswasta mempunyai indeks
literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 85,80 persen,
74,11 persen dan 73,60 persen.
Sebaliknya, kelompok tidak/belum
bekerja,petani/peternak/pekebun/nelayan dan pekerjaan lainnya memiliki
indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 49,36
persen, 58,87 persen dan 60,17 persen.
Selanjutnya, kelompok pensiunan/purnawirawan, pegawai/profesional dan
pengusaha/wiraswasta memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni
masing-masing sebesar 100,00 persen, 95,11 persen dan 88,66 persen.
Sebaliknya, kelompok tidak/belum bekerja,
petani/peternak/pekebun/nelayan dan pekerjaan lainnya memiliki indeks
inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 64,82 persen,
69,40 persen dan 74,73 persen.
Lap : Aisyah





